Sebetulnya konyol bagi saya mempelajari Bahasa Jawa justru bukan dari pakem yang benar terlebih dahulu. Orang tua saya adalah penutur asli Bahasa Jawa, namun demikian karena saya sedari lahir di Jakarta maka kebiasaan berbahasa Jawa hanya terjadi di rumah saja. Saya terpaksa harus berbahasa Jawa sehari-hari ketika saya meninggalkan Jakarta dan mulai berdomisili di Jogja. Bahasa pergaulan yang pertama kali saya akrabi adalah Bahasa Jawa Walikan ala Jogja tentunya. Di Malang juga ada bahasa walikan, tapi berbeda aturannya.
Aturan Bahasa Walikan Jogja berdasarkan aturan urutan abjad Bahasa Jawa asli yang lebih dikenal dengan Hanacaraka (dibaca honocoroko).
Kemudian dari urutan abjad Hanacaraka ini diubah urutannya, sebagaimana dibawah ini
Sehingga urutan selanjutnya menjadi
Lantas bilamana vokalnya tunggal, maka tinggal ditambahkan “h” di depannya. Bilamana kata tersebut berakhiran dengan konsonan, maka tinggal disesuaikan saja menurut aturan.
ng=l, dh=n, th=w, ny=k, b=s, c=j, d=m, f=h, g=t, h=p, j=c, k=ny, l=ng, m=d, n=dh, p=h, q=s, r=y, s=b, t=g, v=h, w=th, x=x, y=r
Namun demikian aturan ini juga tidak selalu baku, karena adakalanya tidak mudah untukdiucapkan seperti bunyi daladh (mangan) lazim diucapkan dalat atau themony (wedok) lebih enak didengar dan diucap dengan temon.
Bagi yang membutuhkan Generator Walikan, bisa kunjungi aplikasi buatan Pak Gajah Lantip.
http://dagadu.lantip.net/mobile/index.html